Jumat, 16 Januari 2009

makalah Psikologi Belajar 01

A. PENDAHULUAN
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.
Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.


B. PEMBAHASAN

1. Prinsip Psikologi dan Penerapannya.
Ini merupakan pendapat penulis bahwa persoalan terhadap kemampuan penerapan yang saat ini banyak didiskusika. Pada kenyataannya banyak yang masih belum paham, baik itu pendiidk maupun psikolog. Di buku ini kita akan membahas semuanya untuk mengklarifikasi persoalan ini dan untuk menunjukan bagaimana persengketaan berakhir.
Pengaplikasian aturan dalam Pembelajaran terlalu sering dipermasalahkan dengan alas an yang tidak sesuai. Pada saat sekarang ini, mari kita letakan pada keadaan yang sebenarnya bhwa persoalan ini bukan persoalan baru dan bukanlah masalah yang penting bagi pendidikan. Disisi lain dimana persoalan diperdebatkan disaat kontroversi berakhir. Apakah Dimana psikologi dapat mempunyai peran utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai suatu informasi atau menjadi ssuatu kewajiban tambahan untuk menyampaikan “ Pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan “ menjadi sebuah prinsip-prinsip pelaksanaan. Intinya adalah ditekankan bahwa persoalan ini adalah masalah umum yang telah menjadi karakteristik psikologi itu sendiri.

a. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan teori
Banyak pendidik dan psikologis yang kurang paham arti dari kenyataan bahwa psikologi mengarah kepada ilmu pengetahuan dan sangat baik sebagai suatu profesi. Dijaman sekarang mengenai masalah social umumnya dan pendidikan khususnya, semuanya seperti terlupakan bahwa banyak ahli psikologi yang belum menerapkan apa yang mereka cetuskan, sama anehnya jika pembaca tidak memahami bahwa beberapa psikolog menyatakan bahwa diri mereka sebagai dasar dari ilmu pengetahuan, seperti ahli biologi, ahli psikologi dan ahli fisika yang secara personal tidak terkait langsung dengan penerapan penemuan mereka.
Beberapa ahli psikologi melihat konstribusi mereka pada masyaraakat dan peran mereka dalam penemuan pengetahuan tentang manusia dan hewan. Secara khusus, kita mempelajari teori belajar, kita akan menemukan kebanyakan orang telah memberikan konstribusi kepada pemahaman proses belajar yang menarik perhatian dalam proses pemberian materi. Bagai mana pun, maksudnya adalah bahwa sifat dasar dari rumusan teori mereka dan prinsip umumnya lebih sering diterapkan sebagai bahan pertimbangan dasar bagi ilmu pengetahuan dari pada praktek itu sendiri.Teori belajar dan penerapannya sebagai masalah umum dalam psikologi.Banyak para ahli psikologi mengidentifikasi diri mereka dengan dasar sebagai ahli ilmu pengetahuan yang menyarankan bahwa pentingnya untuk mempunyai dasar teori ilmu pengetahuan psikologi yang luas sebelum melakukan penerapan diberbagai prinsip, sebagai contoh, penerapan psikologi dalam program latihan telah menjadi dasar pendapaat bahwa ahli psikologi yang nomor satu dan pendidikan itu sendiri nomor dua
Mengenai pemakaian teori belajar, penjelasan dari beberapa orang telah tersedia pada poin ini. Pertama penulis menyatakan bahwa menurut aturan yang berlaku sepanjang abad ke 20 untuk mengangkat pertanyaan apakah ada teori psikologi yang cocok dipakai di pendidikan, dan jika ada begaimana penyempurnaannya. Terlihat jelas dari tulisan penulis betul-betul menyimpulkan keadaan bahwa praktek dapat bermanfaat bagi perkembangan psikologi pada proses belajar..
Banyak psikolog dan pendidik menganggap teori psikologi itu hal yang biasa. Padaahal teori psikologi merupakan salah satu bagian dari dasar ilmu pengetahuan. Jadi didalam psikologi, teori dasar dari ilmu pengetahuan merupakan jalan dalam menciptakan kespesifikasian keadaan pendidikan.
Jadi, perdebatan ini menjadi suatu kebiasaan, contohnya antara teori thorndike dan prinsip gestalt sama halnya dnegan seringnya mensejajarkan beberapa bagian teori neo behaviorisme melawan orientasi teori kognitif atau beberapa bagian dari psikologi humanistic.
Jadi, dalam berbagai orientasi, belajar psikologi memberikan masukan kepada dasar dari penelitian dan penemuan. , contohnya hall dan lindzley didalam teori personal merekomendasikan agar pelajar psikologi membiasakan diri mereka dengan berbagai macam teori kepribadian. Dan dapat segera membentuk komitmen terhadap teori tersebut dan mendukung penelitiannya sertaa menggambungkan penemuannya kedalam konteks teori tersebut.
Keadaan tersebut berlanjut menjadi sesuatu kepopuleran diantara ahli psikologi sebagai jalan yang baik untuk mendukung dasar program penelitiannya, juga bagi psikologi dan pendidik dalam penggunaan prinsip dan teori psikologi pada praktek pendidikan sebagai suatu hubungan yang positif
Sedikitnya bagi mereka yang dibebankan dengan kewajiban didalam memecahkan kembali masalah dalam praktek pendidikan dan untuk membentuk pengalaman pendidkan yang efektif , tetapi tetap tidak boleh terbatas hanya pada satu teori saja., penting bagi pembaca untuk terus berlatih setiap dasar dari teori ilmu pengetahua yang manatelah dikembangkan oleh ahli psikologi. , agar dapat memilih berbagai prinsip dan konsep yang sangat bernilai terhadap suatu situasi praktek pendidikan. Kita juga akan melihat munculnya peran didalam teori instruksional dan proses pembentukan psikoeduvational dalam menceritakan teori belajar sebagai praktek pendidikan.
Kita perlu untuk membuang cerita lain mengenai hubungan dasar ilmu pengetahuan dan resolusi masalah praktek. , pemahaman teori belajar yang tidak aempurna bisa saja tidak menjamin kesempurnaan penerapan teori dalam situasi yang lebih spesifik. , karena ada masalah mengenai hal ini, banyak pendidik dan pendidik psokilogi kecewa dalam menerapkan ilmu psikologi secara umum dan teori belajar secara khusus karena mereka tidak dibayar dalam peningkatan praktek pendidikan.Bagian dari alas an menulis buku ini untuk menunjukan bagaimana gambaran teori belajar bisa atau tidak biasa diharaapkan untuk menghasilkan petunjuk bagi pendidik, dimana mereka mungkin belum siap mencuptaka petunjuk untuk praktek pendidikan, meskipun demikian semua teori belajar dapat memberikan penilaian bagi pendidik bahwa mereka menyedaiakan jalan yang sistematis untuk konsep apa yang terjadi disalam situasi praktek dan situasi penelitian.

b. Aplikasi pendidik mengenai prinsip psikologi.
Metode ilmiah telah didukung untuk digunakan pada ilmu pendidikan sama lamanya dengan psikologi, tetapi pendidik memiliki kebiasaan melihat psikologi sebagai sumber informasi. Dalam beberapa hal, pendidik telah menganggab psikologi sebagai ilmu yang mengawaki mereka dalam mengambil kesimpulan atau strategi untuk praktek pendidikan. Tetapi mereka melewatkan bahwa psikolog mempunyai kemampuan dasar disbanding yang diterapkan dan mereka mengasumsikan bahwa teori tersebut telah memberikan resep bagi dunia pendidikan , pada bagian ini kita akan menguji sebagian hubungan antara teori psikologi dan praktek bidang pendiidkan
Mari kita pertimbangan suatu pertanyaan yang telah menjadi kritik tentang hubungan antara teori belajar dan teori pendiidkan . pada lanjutan text, berbagai pembicara memiliki pertanyaan apakah teori belajar psikologi, diperoleh dari penelitian serta disain khusus laboratorium dengan jadwal yang sering menggunakan subjek hewan. Daapat memiliki hubungan untuk praktek pendiidkan. Pendidik tidak mempunyai pilihan untuk mengumumkan factor yang dapat memudahkan dan menganggu belajar.
Pendidik perlu untuk memutuskan prinsip mana dalam pendapatnya, sehingga terlihat menjadi deskripsi yang alami dan benar. Dan yang mana tampak lebih relevan terhadap bermacam pengalaman belajar yang telah dirancangnya.Pertama, hokum yang mengacu kepada prinsip dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang dipakai oleh orang hokum juga berasaal dari perundang undangan dan pengenalan keadilan yang juga ditetapkan adt dan polisi.Kedua hokum didalam ilmu pengetahuan mengacu kepada pernyataan hubungan antara dua kondisi tentang keadaan khusus dibawah kondisi yang spesifik untuk memperkuat kebenaran observasi ilmiah diperlukan hokum ini, hokum ini boleh dipergunakan atau tidak.
Pendapat akhir mengenai penerapan teori psikologi . dari waktu ke waktu akan dibuat acuan tentnag prinsip atau aturan psikologi bagi pendidik. Hal itu penting untuk memperjelas apa yang akan dimanfaatkan. Karna pemanfaatan teori psikologi tidak akan 100 percen penuh.

2. Teori-Teori Belajar

a. Teori Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.


b. Teori Conditioning Watson
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.

c. Teori Conditioning Edwin Guthrie
Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.

d. Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

e. Teori Systematic Behavior Clark Hull
Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.


3. Teori Belajar Sosial
Teori Belajar Sosial (sosial Learning Theory) dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku. Hasil penelitian para ahli teori belajar spt Skinner dan Thorndike dilakukan tidak dalam situasi sosial tetapi hasilnya untuk situasi sosial. Sedangkan menurut Bandura, dalam situasi sosial ternyata orang bisa lebih cepat belajar dengan mengamati tingkah laku orang lain. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Tingkah laku dihadirkan oleh “model”. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model). Dalam konsepnya, jelaslah bahwa Bandura meningikutsertakan unsur kognitif.

4. Mengapa Diperlukan Teori Pembelajaran.
Disini kita akan memfokuskan aspek dasar dari psikologi yang mana memasukan pengetahuan, pemahaman, perkembangan, kepribadian dan lain lian. Bagi ahli psikologi tekanan pada teori pembelajaran dan dnegan penelitian yang utama dari fakta sejarahnya bahwa teori pembelajaran menempati tingkat utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan psikologi semenjak awal abaad ini dimulai. Memang sejarah dari perkembangan teori pembelajaran ini adalah cabang dari psikologi yang dikenal hamper isomorphic dengan sejarah psikologi sebagai suatu keteraaturan yang terpisah.
Untuk mengetahui dan memahami teori pembelajaran dan untuk dapat mengerti masalah yang timbul di dalam perkembangan teori ini perlun adanya pemahaman yang baik terhadap persoalan utama dalam teori psikologi. Oleh karena itu banyak orang yang melihat dirinya sebagai seorang psikologis atau siapa saja yang berkeinginan menggunakan psikologi untuk beberapa tujua praktek haruslah paham dengan teori belajar. Ini secara tidak langsung bagi mereka teori belajar dianggap cukup untuk memecahkan masalah penting ketika dilihat dari teori psikologi lain yang terpisahSalah satu dari tujuan buku ini adalah untuk memberikan proses dan asas dari gagaasan teori belajar dan mengaharapkan pembaca akan mendaapat pemahamaan teori belajar sebagai salah satu aspek dasar teori ilmu pengetahuan psikologi yang mana terkait dengan pendidikan. Catataan penting bahwa orientasi ada dan sangat mempengaruhi hubungan antaraa psikologi dan pendiidkan.
Dengan begitu untuk dua aasas berbeda ( satu dari psikologi dan satu lagi dari pendidikan ) penulis memilih focus pada penerapan teori belajar dalam praktek pendidikan sebagai penemuan yang berharga bagi dan tentang dirinya sendiri sperti hanya suatu contoh hubungan yang umum antara psikologi dan pendidikan. Ini adalah pengalaman penulis bahwa teori belajar dan khususnya pendidikan memberikan murid murid pelajaran psikologi sebagai mana sama baiknya dengan pendidikan. Agar mereka memiliki konsep yang berbeda sebagai dasar dalam membicarakan rangkaian pelajaran. Demikianlah dirasakan sangat penting bahwa pembaca mengenal adanya dua orientasi yang berbeda antara teori belajar dan pendidikan.

5. Mengapa Diperlukan Teori Instruksional
Teori ini beberapa berasal dari teori belajar, yang kemudian disebut sebagai teori instruksional. Mereka mewakili usaha untuk mengembangkan teori dengan lebih memperhatikan penerapannya, seperti kemunculan dari teori instruksional ini baru saja mewakili perbandingan perkembangan didalam hubungannya antara teori belajar dan praktek pendidikan.
Letika pada usaha masa lampau untuk menggunkan teori belajar sebagai dasar untuk membangkitkan prinsip penerapanya, dimana beberapa prinsip menjadi perhatian kedua, ini jenis yang baru dari teoritikus bahwa lebih sedikit fokus kepada prinsip dasar tingkah laku dan lebih banyak perhatian kepada prinsip instruksi untuk menunjang tercapainya objek pendidikan. Teoritis biasanya menceritakan satu atau lebih dasar teori ilmu pengetahuan psikologi untuk orientasi yang mendasari mereka.Pada poin ini , murid secara khas mengankat pertanyaan dimana teori instruksional berbeda dari metode pendidikan atau garis besar prosedur didalam rencana pembelajaran. Hal inn sangat penting untuk mengenal bahwa kita sendang membicarakan tentang prinsip yang agak umum yang tidak membatasi terhadap pengal;aman belajar yang khususs didalam kelas atau situasi pendidikan yang lain.Sepanjang decade masa lampau, berbagai macam pemimpin pendidikan (beuchamp, 1961 : getzels, 1952) telah menegaskan tentaang pemecahan secara relative dan dengan cara yang tidak sitematis yang mana kita membuat ketegasan mengenai praktek pendiidkan.
Teori instruksional muncul didalam usahanya untuk menyediakan rencana yang lebih sistematis didalam pengajaran, masih berdasarkan prinsip yang telah diuji secara ilmiah. Yang lain yang diperhatikan adalah perbedaan antara teori belajar dan teori instruksional, dalam penjelasan yang singkat, teori pembelajaran yang ideal haruslah komnprehensih , karena itulah kenapa dating perubahan dalam treori belajar, tetapi bisa jadi tidak lengkap untuk praktek pengaplikasian bagi pendidik. Teori instruksional ideal haruslah komprehensif agar mudah dilaksanakan.
Mungkin baarang kalai lebih bermanfaat jika kita membedakan alurnya dimana pendidik diharapkan menggunakan teori instruksional dengan alurnya yang mana telah dicobakan sebelumnya pada teori belajar. Yang perlu ditekankan dalam teori instruksional ini adalah prosedur yang langsung yang telah dibuktikan dan cocok dengan konsepsi social didalam pengalaman pendidikan.
Tetapi pengarang yang berbeda (siegel) yang menentang bahwa teori instruksional didapat dari teori belajar “ selengkapnya yang harus dipatuhi bahwa keberhasilan belajar dinyatakan karena berhasilnya instuksi (pengajaran)Satu lagi masalah yang terakhir, kita harus mempertimbangkan hubunga antara teori instruksional dan teori pendidikan yang lain (Gordon, 1968) mendefinisikan bahwa teori iinstruksional lebih luas dan banyak diterima, bahwa serangkaian pernyataan didasari dengan penelitian yang dapat dijawab atau ditemukan jawaabanya akan menjadi suatu yang dapat meramalkan perubahan yang khusus didalam lingkungan pendidikan
Tinjauan ulang mengenai teori belajar dan teori instruksional menunjukan bahwa keduanya belum bias dikatakan teori ilmiah yang valid dan konsisten untuk saat sekarang, walaupun pantas dipertimbangkan untuk kemajuan.Sebagai pengganti keberadaan teori yang sesuai terutama tentang teori instruksionalApa yang dapat dilakukan oleh praktisi bidan pendidikan dan psikologi pendidikan untuk meningkatkan praktek di bidang pendidikan , atas dasar ini muncul teori di bidang psikologi dan di bidang pendidikan. Bagaimana kta merancang bentuk hubungan antara psikologi dan pendidikan, terutama antara learning teori dan instructional
Pertentangan tersebut membutuhkan jalan tengah antara peneliti psikologi dengan praktisi pendidikan. Para ahli mendukung kesepakatan akan perbaikan dasar dari praktek pendidikan, yang sesuai dengan masukan dari colaborati berbagai ahli professional, seperti…….., ahli menggambarkan penelitian tersebut dap roses perkembangannya dari maukan yang benar benar dibutuhkan untuk memperbaiki proses pembelajaran , dan akan memberikan peran lebih kepada ahli psikologi sebagai psychoeducational disain. Para ahli akhirnya mempertimbangkan beberapa implikasi akan pendekatan psikoedutional disain untuk psikolog , guru dan praktisi pendiidkan.
Sedikit penjelasan terlihat pada pendiidk yang sedang mencari resep instruktinal dalam praktek pendiidkan . tujuanya adalah untuk mengenalkan pendidik dengan beberapa teori psikologi yang baru baru ini muncul dalam bidang pendiidkan dan pelaksanaan pengamalannya bagi bidang pendidikan, dikarenakan banyak siswa ingin melihat bentuk praktis tatcara seseorang dalam mengajar. Kebalikannya, masalah yang dihadapi penulis bahwa kita harus memberikan penekanan lebig besar atas pengembangan yang rasional terhadap act mengajar dari pada metode mencawan dalam pelajaran di kelas
Ini adalah keyakinan penulis bhw skrg kita dapat melakukan pengembangan materi dalam pendidikan dan psikilogi yang mana akan berguna bg pendidik, dan juga riset pd jaman ini serta langkah perkembangan ; inilah yang dimaksud dari proses pembentukan psikoedu.
Objek utamanya adalah untuk memberikan berbagai pemahaman bg penddk akan pentingnya latihan dan pilihan yg ada utk lbh memahami proses dr knsp instruksional. Dan untuk merencanakan lbh spesifik akan pengalaman penddikan.

6. Kelemahan dan kelebihan teori belajar
Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.Namun kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
7. Aplikasi Dasar Belajar
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

8. Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Efisien
Menurut Popham dan Baker dalam Hadi dkk (1992), proses belajar mengajar yang efektif adalah kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan dari kemampuan dan persepsi siswa. Lebih jauh, Popham dan Baker menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar.Sedangkan Alatis dan Altman (1981: 44) mengusulkan bahwa untuk memaksimalkan keefektifan, seorang guru perlu memahami ketidaksesuaian antara apa yang dibawa siswa dalam situasi pembelajaran bahasa yang formal dan tuntutan yang diminta oleh guru dan teks, tuntutan sistem ujian, dan harapan untuk prospek ke depan.Ahli lain, McWhorter (1992: 3) menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran. Efisiensi mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Sebagai kesimpulan, ada dua hal utama yang diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif. Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa adalah hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya. Kedua, harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai. Jadi, harus ada kesesuaian antara kebutuhan siswa dan sistem ujian.

a. Pembelajaran Reading
Carrel dkk (1988: 12) menyatakan bahwa reading adalah kemampuan bahasa yang reseptif. Maksudnya adalah proses psikolinguistik dimana hal ini dimulai dengan perwujudan unsur kebahasaan yang disandikan oleh penulis dan diakhiri dengan makna yang dibentuk oleh pembaca.
Reading (membaca) yang efektif adalah kemampuan seseorang untuk membentuk makna dari teks yang sesuai dengan maksud penulis. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca secara efisien jika dia mampu menggunakan waktu yang tersedia dengan efektif untuk membaca dan memahami makna yang terkandung pada bacaan.

b. Pembelajaran Writing
Menurut Borowich (1996: 13), untuk melakukan kegiatan writing (menulis) yang efektif diperlukan banyak waktu, atau bahkan bisa dikatakan pemborosan waktu. Seorang penulis membutuhkan waktu yang longgar untuk mengekspresikan gagasan, menyusunnya, dan menulis ulang sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Harmer (1983: 48) menuliskan bahwa dalam mengajarkan writing, guru harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya penyusunan kalimat menjadi paragraf, bagaimana paragraf digabungkan, dan pengelompokan gagasan sehingga menjadi tulisan yang koheren.
Dengan mengacu pada teori-teori di atas, seorang penulis akan menghabiskan banyak waktu untuk menghasilkan tulisan yang baik. Penulis melakukan berbagai langkah, mengungkapkan gagasan, menyusun dan menulis ulang gagasan tersebut. Efisiensi dapat diperoleh apabila penulis mempunyai konsep yang jelas sebelum memulai kegiatannya. Menulis secara efektif dan efisien akan menghasilkan tulisan yang baik yaitu tulisan yang koheren.

c. Pembelajaran Listening
Harmer (1983) menyatakan bahwa listening (mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda dengan writing. Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan, tetapi hanya bisa mendengarkannya. Harmer juga menjelaskan tentang kriteria materi untuk listening. Menurutnya, dengan melihat kesulitan yang ada dalam materi listening, kita akan mempunyai gambaran untuk menanganinya. Pertama, kita harus memahami materi seperti apa yang ingin didengarkan oleh siswa. Kedua, jika memungkinkan, guru memberikan bantuan kepada siswa untuk memahami teks. Yang terakhir dan mungkin yang paling penting, kita harus yakin pada kualitas tape recorder yang kita gunakan untuk kegiatan listening.

d. Pembelajaran Speaking
Menurut Finnochiaro dan Bonomo (1973: 110), untuk menumbuhkan minat dan mendorong komunikasi, percakapan sederhana harus diikutsertakan pada awal pembelajaran, lagu harus diajarkan, cerita harus diperkenalkan sehingga siswa dapat meresponnya. Tetapi, pada waktu yang bersamaan juga harus diajarkan tentang unsur-unsur bahasa yang lainnya, seperti grammar dan pronunciation.Sedangkan Robinett (1978) menjelaskan bahwa aktifitas lisan akan lebih bisa dikendalikan, atau dengan kata lain lebih bebas. Dia juga menyatakan bahwa harus diperhatikan juga masalah yang berkaitan dengan pengucapan (pronunciation) pada waktu mengajarkan speaking.
Kesimpulannya, pembelajaran speaking (berbicara) tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan setiap hari. Untuk mencapai pembelajaran speaking yang efektif, proses pembelajaran harus berhubungan dengan percakapan yang autentik. Selain itu guru juga harus bisa mendorong siswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam kelas. Dalam pembelajaran speaking, grammar (termasuk kosakata dan structure) sebaiknya diajarkan selangkah demi selangkah sehingga siswa dapat mengikuti dengan baik dan akan tercapai hasil sesuai yang diharapkan.

9. Komponen Utama Dalam Belajar
Komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas.

a. Siswa
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.” Untuk mendorong keterlibatan itu sendiri, Brown(1987:115) menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa. “The foreign language learner who is intrinsically meeting in needs in learning the language will positively motivated to learn. When students are motivated to learn, they usually pay attention, become actively involved in the learning and direct their energies to the learning task.”

b. Guru
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.

c. Materi
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:1. Adanya teks yang menarik
2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa
3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki
4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru

d. Tempat
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
e. Waktu
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
f. Fasilitas
Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar menurut teori Behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.


D. DAFTAR PUSTAKA
1. Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.
2. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
3. Syah Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
4. Hamaluk oemar. Dr. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung. Sinar Baru
5. Bahri Syaeful Drs. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

5 komentar:

jangan lupa Comment nya!